A W A L M U L A ... Saya selalu merasa bahwa perjalanan dan relasi antar manusia layaknya sebuah jalan yang panjang. Layaknya sebuah jalan yang tanpa ujung, kadang kita berjalan sejajar, bersisian langkah. Tapi kadang juga kita berjalan berlawanan arah, bahkan saling bersilang, bertemu di satu titik, untuk kemudian berpisah kembali. Tidak ada yang tahu pasti kapan jalan itu akan tetap lurus, menanjak, menurun, bahkan berkelok dan menikung tajam. Kisah manusia dalam perjalanan itupun tak pernah ada yang sama...Selalu ada sisi unik dan menarik dari setiap individu. Masing-masing membawa kisah dan takdirnya sendiri, entah itu manis, entah getir, bahkan pahit. Blog ini saya buat untuk mengabadikan semua kisah manusia itu. Ada yang merupakan kisah nyata, inspiratif, bahkan sekedar fiksi. Bersumber dari tulisan saya di FB, catatan-catan kecil di notepad, bahkan dari coretan2 di sepotong kertas. Tapi semuanya dalam alur yang sama....kisah manusia. Itulah mengapa, blog ini saya namakan Tutur = kisah ; dan Mahaparana = makhluk termulia. Kisah tentang makhluk Allah paling sempurna, khalifah di bumi....Tuturmahaparana...

Jumat, 13 Desember 2013

P a k M a m a n

Bosan menunggu KRL ekonomi tujuan Jakarta yang tak kunjung datang sore tadi, di stasiun Bojong Gede saya menghampiri seorang pedagang asongan yang menjual kripik singkong di peron stasiun. Memulai percakapan dengan menanyakan harga jualannya, Pak Maman, lelaki ringkih 53 tahun itu bercerita : Setiap hari dia membawa 250 bungkus kripik yang diambilnya dari tetangga. Bungkus besar keuntungannya 1000 rupiah, bungkus kecil 200 rupiah. Setiap hari dia mulai berjualan jam 8 pagi, sampai larut malam sampai kereta terakhir menuju Bogor, jam 22.30 malam.

Dengan waktu berjualan sepanjang itu, Pak Maman mampu menjual setara dengan 200 bungkus kecil, atau dengan keuntungan maksimal 40 ribu rupiah per hari. Jumlah yang sangat minim untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, karena Pak Maman masih menanggung hidup 5 anak dan satu orang istri. Dua anak tertuanya sudah menikah... 

Wajahnya tampak amat sangat masgul, ketika ditanyakan soal sekolah anak2nya, karena nyaris semuanya putus sekolah. Ketiadaan membuat anak-anaknya malas bersekolah. Hmmm...bagi sebagian dari kita, naik KRL ekonomi atau berbicara dengan orang2 seperti Alda dan Pak Maman adalah suatu hal yang tak terbayangkan. Tapi bagi saya, di situlah tempat saya melihat sisi lain kehidupan, dan belajar untuk tidak henti-hentinya mensyukuri hidup yang diberi oleh-Nya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar